
Semua orang tentu ingin
menjadi lebih baik. Namun tujuannya tentu berbeda-beda. Ada yang karena pacar,
orang tua, teman, hingga atasan. Intinya semua itu dapat menjadi sebuah
motivasi tersendiri. Aku pun berfikir, mungkinkah jika menjadi pribadi yang
lebih baik atas dasar diri sendiri? Jawabannya tentu mungkin, namun bisakah itu
dilaksanakan? Mungkin jawabannya tak sesuai dengan yang diharapkan.
Menjadi
lebih baik atas dasar diri sendiri tentu tak mudah. Hambatan-hambatan pun pasti
terjadi di pertengahan jalan. Entah itu rasa bosan, jenuh, godaan dari teman,
apapun itu tentu dapat menjadi penghalang. Aku pun pernah cerita dengan seorang
pria berumur 40 tahunan. Saat itu aku bertemu beliau di smooking area bandara. Sejenak aku melihatnya seperti orang biasa.
Dia merokok dan sambil melihat-lihat hp. Tiba-tiba tergerak saja hati ini untuk
menegur si bapak. Dia pun tersenyum dan ramah. Hingga akhirnya kita bercerita
tentang banyak hal, terutama tentang agama. Cerita berlanjut hingga naik ke pesawat.
Dia pun mengajakku duduk di sebelahnya, di kursi nomor 1 padahal aku duduk di
kursi nomor 7. Akhir cerita aku pun bertanya kepada si bapak, kok bisa sih
menjadi orang seperti ini, paham dengan agama, menjadi direktur operasional
sriwijaya, developer besar dan selalu berfikir positif. Ternyata si bapak
dulunya adalah bandar narkoba. Dia pun kabur dari keluarganya dan melakukan hal
yang jahat selama hidupnya. Hingga akhirnya dia bertobat pada tahun 2013, lari
ke Jogja dan berhijrah. Karena pada saat itu dia banyak mendapatkan masalah
hingga dia ingin menyerah dengan hidupnya.
Aku
pun merenung sejenak mendengar cerita bapak tersebut. Inilah seseorang yang
bisa menjadi lebih baik atas dasar dirinya sendiri. Namun hal tersebut dapat
beliau lakukan saat mencapai titik terendah manusia. Pada saat diri kita sudah
pasrah dengan segala masalah yang ada. Tak ada seorang pun yang membantu, istri
yang harusnya menjadi pendamping kita saat duka pun menceraikan kita, orang tua
yang masih berhubungan darah pun mengusir kita, siapa lagi yang bisa membantu?
Itu kata bapak tersebut. Hanya Allah SWT. yang bisa membantumu dik katanya. Niatkanlah
menjadi orang yang lebih baik dengan mengingatNya. Allah SWT. tak akan
memberikan cobaan yang tak bisa kau atasi namun berkat pertolonganNya juga kau
bisa mengatasi masalah tersebut. Benar, karena aku dulu pernah mengalaminya
saat tak diterima di perguruan tinggi manapun.
Pertanyaan
selanjutnya, ketika sudah menjadi lebih baik kenapa sulit sekali konsisten? Hal
itu dikarenakan kita saat menjadi lebih baik tidak secara bertahap. Namun
langsung melejit. Hingga hal tersebut membebani kita dan kita merasa jenuh lalu
kembali ke jalan yang dulu. Segala sesuatu dilakukan secara bertahap mulai dari
yang kecil hingga yang lebih besar. Jangan langsung besar. Contohnya kita mau
memperbaiki zikir. Kita lakukan zikir 1000 kali dari awal. Namun lama kelamaan
tentu kita akan berat apalagi saat ada pekerjaan yang harus diselesaikan
secepat mungkin. Hal ini dapat menyebabkan kita akan berhenti untuk melakukan
zikir. Lebih baik kita lakukan secara bertahap, mulai dari 50 kali sehari lalu
akan bertambah saat kita sudah terbiasa.
Banyak
hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi orang yang lebih baik. Namun perlu
dicatat menjadi lebih baik haruslah dari diri sendiri dan karena Allah SWT.
Selain itu kau akan kembali ke jalanmu yang dulu. Semoga kita semua bisa
menjadi lebih baik ke depan. Tinggalkan hal yang banyak mudaratnya, engkau
dijauhi oleh teman tak masalah asalkan kau bisa berteman dengan Allah SWT.
Percaya lah Allah SWT akan selalu membantumu.