Hembusan angin berlalu
disaat 2 sahabat diam sejenak mencoba mengingat kembali kesalahan-kesalahan
yang pernah mereka buat. Bibir terasa membeku tak bisa melontarkan satu patah
katapun. Di jarak hanya 2 meter terdengar suara canda tawa dari teman-teman
yang sedang asik membincangkan kisah-kisah nostalgia. Lalu helaan nafas pun
hadir memecah keheningan sejenak, “Jadi gini kita kan sudah lama temenan tapi
kali ini aku mau jujur lah denganmu. Ya mungkin kamu udah taulah dari
ekspresiku saat aku deket dengan kamu dan temen-temen juga pasti sering
ngeledekkin kamu juga soal kita. Ya memang aku bisa dibilang punya suatu
perasaan dengan kamu karena dari kita kelas 1 SMA temenan sampe kuliah smester
5 pun perasaan itu masih tetap. Jujur kalo dibilang iri maupun cemburu iya
banget saat kamu lagi pacaran sama pacarmu. Tapi apadaya aku hanya orang biasa
yang gak memiliki wajah rupawan, aku juga gak kaya seperti pacarmu, aku juga
gak sekeren pacarmu dan hanya bermodalkan usaha untuk bisa berupaya membuat
kamu tertawa disaat kamu membutuhkan. Pengecut bisa dibilang begitu 5 tahun
kita sahabatan tapi aku cuma munafik karena aku pengen selalu dekat dengan kamu
dan gak ada orang yang bisa ngegantiin kamu. Walaupun aku punya pacar tapi itu cuma
pelampiasan nafsu semata saja. Salahku sih gak pernah ngungkapin semuanya tapi
mungkin sekarang waktunya, jujur aku gak enak juga saat pacarmu ngehubunginku
kalo aku nganggu kamu dan dia tapi aku gak rela ngelepasin kamu dengan dia. Aku
suka dengan kamu walaupun aku udah tau lah jawabannya apa tapi aku harap kamu
membaca catatan kecilku dulu karena aku gak bisa ngomong apa-apa lagi dan
inilah saksi dari semua perasaanku.”. Kegaduhan canda tawa menghiasi keheningan
dari 2 sahabat ini namun seperti ada sekat diantara mereka. Dengan hati yang
tenang terlontarlah, “Iya nanti aku baca buku ini yang jelas kita bakal tetep
temenan kok.”.
Perbincangan
pun dimulai seperti biasa namun masih ada rasa canggung pada Randi untuk
berbicara kepada Naya. Semua hal-hal yang selama ini dia pendam sendiri dan
hanya sebuah catatan kecil yang menemani sebagai pendengar setia dari curahan
Randi telah terlontar semua seperti ketakutan, cemas, dan rasa senang hilang
terbawa angin. Mereka telah bergabung untuk bercanda tawa bersama yang lain.
Tetapi sesekali Randi memandang wajah Naya seolah ingin berkata andaikan engkau
selalu tersenyum seperti ini untuk menghiasi hari-hariku, tentu tak akan pernah
aku membuatmu merasakan sedih walaupun hanya sedetik. Naya asik berbincang
dengan yang lain menceritakan masa-masa SMA yang penuh dengan lelucon-lelucon
penghibur lara. Waktupun telah berlalu, tak terasa gelap pun semakin larut.
Naya pun pulang bersama temannya dan luput dari pandangan Randi.
Alarm
pun berbunyi tak terasa pagi datang lagi dan lagi tanpa henti. Tak terasa telah
1 minggu sejak catatan kecil kehidupan Rando menemani Naya. Rando pun sudah
sangat gelisah karena catatan kecil kehidupan itulah teman yang selalu setia
mendengar curahannya. Diambilnya handphone yang ada di atas bantal, kemudian
dia menanyakan ke Naya kapan catatan itu akan dikembalikan dengan alasan takut
dibaca pacarnya Naya. Tak lama kemudian Naya membalas bahwa dia akan
mengantarkannya ke Rando. Dengan hati yang gelisah dan rasa tak sabar, Rando
mengambilnya senidri ke kontrakan Naya, dengan terkejut Naya langsung memberi
catatan itu kemudian Rando pun pergi. Naya hanya membalas pertanyaan dari Rando
begini,
Do jujur ya aku kalau nyari pacar
bukan berdasarkan materi saja ataupun kegantengannya. Tapi yang memang sesuai
dengan hati yang aku pilih. Aku tau kamu suka dengan aku tapi sepertinya kita
gak mungkin bisa lebih do karena aku sudah menetapkan pilihanku. Walaupun dia
belum tentu jodohku tapi aku akan menjalani dulu seperti biasa. Aku tahu bahwa
pacarku memang terkadang cemburuan banget dan over protectif tetapi aku akan
merubahnya lambat laun. Terima kasih juga do sudah mau menjadi sahabatku
ya......
Rando pun menghela
nafas membaca isi pesan di ponselnya. Sebenarnya dia telah mengetahui bahwa
yang bakal dijawab oleh Naya seperti itu. Kemudian bercampur emosi Rando
berfikir, munafiklah cewek yang gak
ngeliat muka sama duit dulu. Naya cuma bilang aja kalo gak nyari cowok kayak
gitu. Udahlah emang orang kayak aku yang gak punya apa-apa gak bakal bisa
dapetin berlian. Aku hanya punya usaha doang dan di era kayak gini gak bakalan
bisa mau dapet berlian tapi cuma megang usaha aja. Udah mulai saat ini aku gak
bakal inget lagi sama dia, (diambilnya ponsel lalu menghapus seluruh kontak dan
medsos Naya). Semua kenangan soal Naya cuma mimpi yang bakal lupa setelah aku
bangun...
Sejak saat itu Rando
gak pernah menghubungi Naya. Entah kemana Naya sekarang, mungkin telah hidup
bahagia bersama kekasihnya. Sulit namun harus karena itulah yang membuat Rando
seperti cowok yang kehilangan sosok kepemimpinannya. Rando memang aktif dalam
berorganisasi dan dia pun adalah seorang ketua lembaga di kampusnya. Kejadian tersebut
sangat memukul Rando, di organisasi dia selalu menjadi cowok yang pemarah dan
selalu sinis dengan rekan-rekannya. Sampai akhirnya dia menemukan sebuah sosok
yang bisa menenangkan pikirannya. Saat Rando menjadi asisten dosen dia memiliki
praktikan yaitu adik tingkatnya. Dia sempat terpukau melihat salah satu
praktikannya yang pandai menari. Lambat laun sosok inilah yang bisa membuat
hati Rando melupakan Naya dan mengubur sedalam-dalamnya kenangan yang pernah
dibuat bersama Naya. Sosok ini bukanlah seseorang yang terlalu cantik namun
dengan auranya mampu memikat hati Rando tetapi Rando gak akan pernah mau
pacaran lagi karena masa lalunya yang pahit bersama mantan-mantannya. Rando hanya
mengagumi sosok ini namun dia selalu pengen dekat dengan sosok ini. Lalu
dimulailah kehidupan baru Rando yang menuaikan benih-benih kebahagiaan.
Empat bulan berlalu
begitu cepat. Matahari menyongsong di siang hari dan hujan pun menghantam di
malam hari. Saat itu Rando bersama teman-teman kontrakannya ingin menonton di
bioskop, dengan gaya yang aduhai Rando pun siap untuk pergi. Namun tiba-tiba
terdegar suara motor dan bunyi pagar yang sedang dibuka. Terdengar suara
langkah kaki masuk ke dalam kontrakan Rando. Aliran darah Rando seolah berhenti
sejenak, keheningan pun terjadi dimana saat-saat yang sama seperti waktu itu.
Naya pun datang dan ingin ikut untuk menonton. Rando tak bisa berkata apapun
lagi, hanya rasa serba salah pun muncul. Pertentangan batin Rando pun hadir
antara percaya atau tidak, antara senang atau sedih, antara positif maupun
negatif, seperti kena lemparan stun dan tak bisa berkata. Orang yang paling
disukai Rando sejak SMA dan dia pun menampar Rando dengan keras sekali
tiba-tiba hadir lagi di sela-sela kebahagiaan Rando. Tuh cewek ngapain sih dateng lagi kesini dengan wajah seperti gak
pernah terjadi apa-apa lagi. Gak habis pikirlah kok bisa dia dengan santainya
mengobrol sama temen-temen yang lain. Gak tau lagi aku mau bilang apa, pengen
ngusir tapi ntar kayak cowok apaan tapi mau ngeliat mukanya aja aku gak mau
lagi. Rando pun bergumam di dalam hatinya.
Orang yang selama ini
membuat Rando mau berusaha keras untuk belajar, menjadi pemimpin dalam
organisasi, mengasah keahlian bermusiknya, menambah wawasannya, dan membuat
Rando pantang mundur untuk menjadi orang yang sukses. Tapi orang itu juga yang
sudah mematahkan semangat Rando untuk berkarya lagi dan tidak memperdulikan
usaha Rando selama ini hadir lagi di dalam kehidupan Rando. Entah apakah ini
akan menjadi sebuah alur baru atau momok yang menghambat kebahagiaan Rando ?
0 komentar:
Post a Comment