Wednesday, April 6, 2016

Yang Telah Ku Lupakan, Datang Lagi

Hembusan angin berlalu disaat 2 sahabat diam sejenak mencoba mengingat kembali kesalahan-kesalahan yang pernah mereka buat. Bibir terasa membeku tak bisa melontarkan satu patah katapun. Di jarak hanya 2 meter terdengar suara canda tawa dari teman-teman yang sedang asik membincangkan kisah-kisah nostalgia. Lalu helaan nafas pun hadir memecah keheningan sejenak, “Jadi gini kita kan sudah lama temenan tapi kali ini aku mau jujur lah denganmu. Ya mungkin kamu udah taulah dari ekspresiku saat aku deket dengan kamu dan temen-temen juga pasti sering ngeledekkin kamu juga soal kita. Ya memang aku bisa dibilang punya suatu perasaan dengan kamu karena dari kita kelas 1 SMA temenan sampe kuliah smester 5 pun perasaan itu masih tetap. Jujur kalo dibilang iri maupun cemburu iya banget saat kamu lagi pacaran sama pacarmu. Tapi apadaya aku hanya orang biasa yang gak memiliki wajah rupawan, aku juga gak kaya seperti pacarmu, aku juga gak sekeren pacarmu dan hanya bermodalkan usaha untuk bisa berupaya membuat kamu tertawa disaat kamu membutuhkan. Pengecut bisa dibilang begitu 5 tahun kita sahabatan tapi aku cuma munafik karena aku pengen selalu dekat dengan kamu dan gak ada orang yang bisa ngegantiin kamu. Walaupun aku punya pacar tapi itu cuma pelampiasan nafsu semata saja. Salahku sih gak pernah ngungkapin semuanya tapi mungkin sekarang waktunya, jujur aku gak enak juga saat pacarmu ngehubunginku kalo aku nganggu kamu dan dia tapi aku gak rela ngelepasin kamu dengan dia. Aku suka dengan kamu walaupun aku udah tau lah jawabannya apa tapi aku harap kamu membaca catatan kecilku dulu karena aku gak bisa ngomong apa-apa lagi dan inilah saksi dari semua perasaanku.”. Kegaduhan canda tawa menghiasi keheningan dari 2 sahabat ini namun seperti ada sekat diantara mereka. Dengan hati yang tenang terlontarlah, “Iya nanti aku baca buku ini yang jelas kita bakal tetep temenan kok.”.
            Perbincangan pun dimulai seperti biasa namun masih ada rasa canggung pada Randi untuk berbicara kepada Naya. Semua hal-hal yang selama ini dia pendam sendiri dan hanya sebuah catatan kecil yang menemani sebagai pendengar setia dari curahan Randi telah terlontar semua seperti ketakutan, cemas, dan rasa senang hilang terbawa angin. Mereka telah bergabung untuk bercanda tawa bersama yang lain. Tetapi sesekali Randi memandang wajah Naya seolah ingin berkata andaikan engkau selalu tersenyum seperti ini untuk menghiasi hari-hariku, tentu tak akan pernah aku membuatmu merasakan sedih walaupun hanya sedetik. Naya asik berbincang dengan yang lain menceritakan masa-masa SMA yang penuh dengan lelucon-lelucon penghibur lara. Waktupun telah berlalu, tak terasa gelap pun semakin larut. Naya pun pulang bersama temannya dan luput dari pandangan Randi.
            Alarm pun berbunyi tak terasa pagi datang lagi dan lagi tanpa henti. Tak terasa telah 1 minggu sejak catatan kecil kehidupan Rando menemani Naya. Rando pun sudah sangat gelisah karena catatan kecil kehidupan itulah teman yang selalu setia mendengar curahannya. Diambilnya handphone yang ada di atas bantal, kemudian dia menanyakan ke Naya kapan catatan itu akan dikembalikan dengan alasan takut dibaca pacarnya Naya. Tak lama kemudian Naya membalas bahwa dia akan mengantarkannya ke Rando. Dengan hati yang gelisah dan rasa tak sabar, Rando mengambilnya senidri ke kontrakan Naya, dengan terkejut Naya langsung memberi catatan itu kemudian Rando pun pergi. Naya hanya membalas pertanyaan dari Rando begini,
Do jujur ya aku kalau nyari pacar bukan berdasarkan materi saja ataupun kegantengannya. Tapi yang memang sesuai dengan hati yang aku pilih. Aku tau kamu suka dengan aku tapi sepertinya kita gak mungkin bisa lebih do karena aku sudah menetapkan pilihanku. Walaupun dia belum tentu jodohku tapi aku akan menjalani dulu seperti biasa. Aku tahu bahwa pacarku memang terkadang cemburuan banget dan over protectif tetapi aku akan merubahnya lambat laun. Terima kasih juga do sudah mau menjadi sahabatku ya......
Rando pun menghela nafas membaca isi pesan di ponselnya. Sebenarnya dia telah mengetahui bahwa yang bakal dijawab oleh Naya seperti itu. Kemudian bercampur emosi Rando berfikir, munafiklah cewek yang gak ngeliat muka sama duit dulu. Naya cuma bilang aja kalo gak nyari cowok kayak gitu. Udahlah emang orang kayak aku yang gak punya apa-apa gak bakal bisa dapetin berlian. Aku hanya punya usaha doang dan di era kayak gini gak bakalan bisa mau dapet berlian tapi cuma megang usaha aja. Udah mulai saat ini aku gak bakal inget lagi sama dia, (diambilnya ponsel lalu menghapus seluruh kontak dan medsos Naya). Semua kenangan soal Naya cuma mimpi yang bakal lupa setelah aku bangun...
Sejak saat itu Rando gak pernah menghubungi Naya. Entah kemana Naya sekarang, mungkin telah hidup bahagia bersama kekasihnya. Sulit namun harus karena itulah yang membuat Rando seperti cowok yang kehilangan sosok kepemimpinannya. Rando memang aktif dalam berorganisasi dan dia pun adalah seorang ketua lembaga di kampusnya. Kejadian tersebut sangat memukul Rando, di organisasi dia selalu menjadi cowok yang pemarah dan selalu sinis dengan rekan-rekannya. Sampai akhirnya dia menemukan sebuah sosok yang bisa menenangkan pikirannya. Saat Rando menjadi asisten dosen dia memiliki praktikan yaitu adik tingkatnya. Dia sempat terpukau melihat salah satu praktikannya yang pandai menari. Lambat laun sosok inilah yang bisa membuat hati Rando melupakan Naya dan mengubur sedalam-dalamnya kenangan yang pernah dibuat bersama Naya. Sosok ini bukanlah seseorang yang terlalu cantik namun dengan auranya mampu memikat hati Rando tetapi Rando gak akan pernah mau pacaran lagi karena masa lalunya yang pahit bersama mantan-mantannya. Rando hanya mengagumi sosok ini namun dia selalu pengen dekat dengan sosok ini. Lalu dimulailah kehidupan baru Rando yang menuaikan benih-benih kebahagiaan.
Empat bulan berlalu begitu cepat. Matahari menyongsong di siang hari dan hujan pun menghantam di malam hari. Saat itu Rando bersama teman-teman kontrakannya ingin menonton di bioskop, dengan gaya yang aduhai Rando pun siap untuk pergi. Namun tiba-tiba terdegar suara motor dan bunyi pagar yang sedang dibuka. Terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam kontrakan Rando. Aliran darah Rando seolah berhenti sejenak, keheningan pun terjadi dimana saat-saat yang sama seperti waktu itu. Naya pun datang dan ingin ikut untuk menonton. Rando tak bisa berkata apapun lagi, hanya rasa serba salah pun muncul. Pertentangan batin Rando pun hadir antara percaya atau tidak, antara senang atau sedih, antara positif maupun negatif, seperti kena lemparan stun dan tak bisa berkata. Orang yang paling disukai Rando sejak SMA dan dia pun menampar Rando dengan keras sekali tiba-tiba hadir lagi di sela-sela kebahagiaan Rando. Tuh cewek ngapain sih dateng lagi kesini dengan wajah seperti gak pernah terjadi apa-apa lagi. Gak habis pikirlah kok bisa dia dengan santainya mengobrol sama temen-temen yang lain. Gak tau lagi aku mau bilang apa, pengen ngusir tapi ntar kayak cowok apaan tapi mau ngeliat mukanya aja aku gak mau lagi. Rando pun bergumam di dalam hatinya.
Orang yang selama ini membuat Rando mau berusaha keras untuk belajar, menjadi pemimpin dalam organisasi, mengasah keahlian bermusiknya, menambah wawasannya, dan membuat Rando pantang mundur untuk menjadi orang yang sukses. Tapi orang itu juga yang sudah mematahkan semangat Rando untuk berkarya lagi dan tidak memperdulikan usaha Rando selama ini hadir lagi di dalam kehidupan Rando. Entah apakah ini akan menjadi sebuah alur baru atau momok yang menghambat kebahagiaan Rando ?

0 komentar:

Post a Comment