Pernah gak sih kalian
ngerasain saat dimana kita udah buat sesuatu yang besar kemudian perlahan
hancur karena dirimu sendiri ? Bukan berarti kalian melakukan sebuah kesalahan
atau kurang berusaha untuk lebih baik lagi, tapi kalian merasa ada suatu hal
yang membutakan langkahmu untuk bisa menuju ke arah yang semestinya. Semua hal
yang kita lakukan di awal, membentuk sebuah karakter yang kau tujukan untuk
membuat kau melesat tinggi dan usaha-usaha lain yang nantinya bisa mendapatkan
masa depan yang lebih baik dari sekarang. Arah dan tujuan yang telah kau
rencanakan menjadi sebuah jalan buntu yang bahkan tak ada celah sedikit pun
untuk bisa dilewati lagi. Semua karena kau melakukan hal tersebut untuk
seseorang yang kau kagumi bahkan kau cintai selama dia masih bernafas. Kamu
pasti banyak dapet motivasi hidup ketika tujuan yang kau buat itu terus mengarah
ke orang tersebut karena apapun yang terjadi kamu pasti bakal ingin selalu
menunjukkan hal-hal yang terbaik di depannya. Mungkin ketika kamu ekstrim bisa
mengorbankan segalanya untuknya. Tentu semua hal pasti ada seuatu yang baik dan
buruknya tinggal bagaimana kita memilih kemungkinan keburukan tersebut dengan
porsi yang sedikit bahkan hampir tidak ada. Ketika orang tersebut pergi dan
kemungkinan kecil untuk bisa bersama mu lagi pasti kau akan kehilangan
segalanya. Hilang dengan arah dan tujuanmu, kalau saya suka menyebutnya buta
arah. Seolah hal tersebut mempersempit pandanganmu bahkan nantinya bisa menutup
semua pandanganmu yang begitu luas. Tak mudah untuk mengembalikan pandangan
tersebut bahkan di dunia pun orang untuk mengembalikan mata mereka sangatlah
mahal harganya serta memiliki resiko yang tinggi untuk bisa dilakukan. Berbicara
soal solusi dari buta arah jujur saya belum bisa menemukan karena itu berasal
dari diri sendiri. Kalian perang melawan diri kalian sendiri yang begitu sulit
untuk dilawan. Mungkin harapan bisa membantu tapi setidaknya kau butuh memantik
peluang terlebih dahulu.
Thursday, November 17, 2016
Tuesday, November 15, 2016
Johanna
Cinta adalah sesuatu
yang mungkin bisa dirasakan oleh setiap makhluk, bahkan hewan dan tumbuhan pun
tentu bisa merasakan hal yang sama. Perjumpaan adalah awal dari cinta. Bahkan terkadang
semua itu muncul seketika tanpa adanya proses yang begitu lama. Semua hal yang
dirasakan cinta dapat membuat akal fikiran berkata dengan sesuatu yang berbeda
dari apa yang seharusnya. Semuanya mengalir begitu saja layaknya air di sungai
yang mengalir begitu saja. Tapi air di sungai pun tentu tahu kemana akhir dari
perjalanannya, yaitu di lautan luas bersatu kembali bersama. Tentulah cinta pun
pasti memiliki tempat akhir dari semua perjalanannya. Entah itu di tempat yang
sama atau berbeda, tapi satu hal yang pasti yaitu tujuan untuk saling
menyayangi satu sama lain. Perasaanlah yang membuat cinta begitu kuat. Tapi
saling memahamilah yang membuat ia berkembang.
Memang telah lama aku
memandangnya, sejak pertama bertemu aku selalu saja merasakan hal yang berbeda
dari biasanya. Entah apakah itu cinta atau hanya perasaan sesaat saja. Pengalamanlah
yang bisa membuatku membedakan perasaan itu. Ya akulah Rando merasakan hal yang
sama saat pertama ku jumpa Naya, sama saat aku berjumpa dengan Johanna. Saat
itu aku sedang ngopi di kantin bersama dengan teman-teman sekampusku. Perbincangan
kami hanya sebatas bahasan kuliah. Tak terasa memang telah beranjak pada
smester 4 dan kami memiliki adik kelas yang baru. Tak terasa pula waktu terus
berlalu namun nilaiku masih saja tak bisa berlalu bahkan semakin lama semakin
menurun. Tanggung jawab kuliah ini memang membuatku frustasi, tak
disangka-sangka ternyata kehidupan akademik kampus memang terasa begitu sulit,
sangat berbeda dari apa yang kufikirkan saat SMA. Tentu banyak faktor yang
mempengaruhi. Saat itu kami sedang asyik membahas mata kuliah yang begitu
menyebalkan, bukan masalah dosennya tetapi memang mata kuliah tersebut
sangatlah banyak ditambah praktikum yang sangat menyita waktu. Seketika
datanglah dia, dialah Johanna yang selama ini membuat para cowok tertarik
dengannya. Mungkin setiap cowok memiliki pemikiran yang berbeda mengenai wanita
tetapi ada satu hal yang bisa menyatukan pemikiran kami semua dan pastilah
setiap cowok mengerti hal itu. Dia masuk ke kantin dan membeli sebotol minuman.
Teman-temanku sibuk membicarakannya sampai membuatku penasaran. Hal itulah yang
membuatku tertarik kepada cewek ini. Johanna memang terlihat periang dan dia
tidak canggung apabila dekat dengan teman cowok. Tak disangka ketika berbicara
suaranya sangatlah menggemaskan, sangat berbeda dari yang kufikirkan
sebelumnya. Waktu pun berlalu begitu cepatnya, smester 6 memang sangat
membosankan. Sehabis kuliah aku berencana langsung pulang dan turun melalui
lift. Entah apakah itu takdir dari Tuhan atau memang suatu ketidaksengajaan,
aku berpapasan dengan Johanna di depan lift. Wajahnya yang menenangkan malah
membuatku menjadi aneh. Ini kali kedua aku bisa merasakan hal yang seperti ini.
Perasaan ini melebihi di depan panggung bahkan lebih dari saat memberikan kata
sambutan di depan banyak orang. Aku pun merasa canggung ketika berada di
dekatnya, bisa dibilang aku sangat panik padahal kami tak memiliki hubungan
apa-apa. Ya mungkin dia mengenalku tapi aku yang baru mengenal dia saja ingat
baru sebatas kenal tapi sudah gugup bukan main. Beberapa hari kemudian kucoba
menghubungi dia melalui media sosial. Ternyata orangnya asik juga tapi satu
hal, aku sangat canggung sehingga kata-kataku sangatlah kaku sekali. Mungkin ini
faktorku juga telah lama tak pacaran, tapi aku memang telah banyak mendekati
cewek dan baru kali ini aku merasakan hal yang berbeda. Aku yakin dia pun pasti
tertawa apabila membaca chat ku. Tapi
lama kelamaan semuanya berubah. Johanna tak lagi sama, dia mulai membalas
dengan biasa saja. Aku mulai berfikir yang aneh-aneh bahkan sampai menyalahkan
diriku sendiri seperti orang aneh yang mulai mendekati seorang wanita. Fikirku juga
apakah dia masih mengingat mantannya, atau.. semua hal-hal buruk masuk ke benakku.
Melihat hal tersebut aku ingin menyerah rasanya untuk mendekati dia. Kuputuskan
untuk tidak lagi menghubunginya. Tapi perasaan ini masih sama, saat bertemu
dengannya aku selalu membuang muka karena rasa panik ini selalu mengahantui
saat bertemu dengannya. Bahkan aku pernah melakukan hal aneh saat dia ada
disampingku. Saat dia duduk disampingku, rasanya jantung ini mau lepas. Aku pergi
dari sana padahal itulah momen yang bisa kuambil tapi malah kusia-siakan begitu
saja. Canggung dan gugup inilah musuh terberatku saat ini. Ketika mentalmu
telah lemah terkadang itulah yang membuatmu merasakan penyesalan setelahnya. Ingin
kulupakan begitu saja tapi tak bisa, Johanna begitu membuatku penasaran. Sesekali
aku coba menghubunginya tapi itu malah membuatku merasa aneh. Kadang aku
berharap untuk bisa satu kali saja mengobrol dengannya. Saat ini aku hanya bisa
berharap karena saat semua hal yang buruk menimpamu hanya harapanlah yang bisa
membantumu tetap bertahan. Inilah kisahku, Rando seorang cowok yang biasa saja
mengaggumi seseorang yang bahkan bisa membuatku tak berdaya. Johanna mungkin
suatu saat... bisa...