Pernah gak sih kalian
ngerasain saat dimana kita udah buat sesuatu yang besar kemudian perlahan
hancur karena dirimu sendiri ? Bukan berarti kalian melakukan sebuah kesalahan
atau kurang berusaha untuk lebih baik lagi, tapi kalian merasa ada suatu hal
yang membutakan langkahmu untuk bisa menuju ke arah yang semestinya. Semua hal
yang kita lakukan di awal, membentuk sebuah karakter yang kau tujukan untuk
membuat kau melesat tinggi dan usaha-usaha lain yang nantinya bisa mendapatkan
masa depan yang lebih baik dari sekarang. Arah dan tujuan yang telah kau
rencanakan menjadi sebuah jalan buntu yang bahkan tak ada celah sedikit pun
untuk bisa dilewati lagi. Semua karena kau melakukan hal tersebut untuk
seseorang yang kau kagumi bahkan kau cintai selama dia masih bernafas. Kamu
pasti banyak dapet motivasi hidup ketika tujuan yang kau buat itu terus mengarah
ke orang tersebut karena apapun yang terjadi kamu pasti bakal ingin selalu
menunjukkan hal-hal yang terbaik di depannya. Mungkin ketika kamu ekstrim bisa
mengorbankan segalanya untuknya. Tentu semua hal pasti ada seuatu yang baik dan
buruknya tinggal bagaimana kita memilih kemungkinan keburukan tersebut dengan
porsi yang sedikit bahkan hampir tidak ada. Ketika orang tersebut pergi dan
kemungkinan kecil untuk bisa bersama mu lagi pasti kau akan kehilangan
segalanya. Hilang dengan arah dan tujuanmu, kalau saya suka menyebutnya buta
arah. Seolah hal tersebut mempersempit pandanganmu bahkan nantinya bisa menutup
semua pandanganmu yang begitu luas. Tak mudah untuk mengembalikan pandangan
tersebut bahkan di dunia pun orang untuk mengembalikan mata mereka sangatlah
mahal harganya serta memiliki resiko yang tinggi untuk bisa dilakukan. Berbicara
soal solusi dari buta arah jujur saya belum bisa menemukan karena itu berasal
dari diri sendiri. Kalian perang melawan diri kalian sendiri yang begitu sulit
untuk dilawan. Mungkin harapan bisa membantu tapi setidaknya kau butuh memantik
peluang terlebih dahulu.
0 komentar:
Post a Comment