Monday, January 2, 2017

Sisi Lain Diriku dan Kesalahanku

Malam ini udara terasa begitu panas dan menyesakkan. Ya semuanya jelas sekali masuk melalui celah-celah kulit. Udara ini pun memaksaku untuk melepas bajuku. Lalu aku mendengar suara jeritan dari adik perempuanku. Dia bermain-main dengan adik laki-laki ku entah apa yang dimainkannya. Sambil mengumpat udara yang sangat panas ini aku pun teriak untuk menghentikan adikku di bawah. Tapi memang udara panas ini serta aura setan yang membisikkan di telingaku membuat aku melakukan sebuah kesalahan sebagai seorang kakak. Aku pun langsung memarahi adikku. Lalu tanpa berfikir panjang aku pun langsung menyiksa adikku yang laki-laki sekuat tenagaku, tetapi aku masih memilih bagian yang akan aku pukul darinya. Itulah kesalahan yang kuperbuat di malam yang panas ini. Aku setengah sadar, seperti ada seseorang yang muncul dari kepribadianku ini. Entah apakah itu seperti makhluk atau apapun tapi terasa jelas apalagi di saat aku sedang sendirian. Tanpa ampun aku menyiksa adikku sampai dia nangis. Untung saja aku tak mencekiknya tadi, tapi jujur perbuatanku ini sudah kelewat batasan. Memang dari dahulu aku sudah dibiasakan sendirian, dari kecil aku gak boleh untuk main keluar rumah. Aku memang selalu dibelikan mainan terus tapi itu untukku pribadi saja dan kebetulan aku dulu adalah anak laki-laki satu-satunya. Mungkin kalian yang membaca tulisanku ini berfikir aku adalah orang yang kejam dan jika kalian itu adalah temanku mungkin kalian akan mulai untuk menjauhiku. Tapi tak apa hal itu wajar karena setiap orang berhak untuk menilai sesuatu. Dari kecil hingga SMP kelas 1 aku bisa dibilang anak mami karena aku selalu bergantung kepada ibuku. Aku juga dari kecil memang di asuh oleh ibuku karena ayahku kerja di luar kota dan tak bisa pulang setiap hari, ia bahkan terkadang pulang 1 bulan sekali. Waktu kecil dulu aku sering di rumah dan bermain dengan pengasuhku bahkan orang lain pun pasti pernah semasa kecilnya bermain hujan tetapi aku tak pernah sedikitpun main hujan. Ketika aku ingin bermain hujan pasti selalu dilarang oleh ibu dan itulah yang membuatku mulai ketergantungan bersama dengan ibu dari kecil. Sebenarnya aku agak samar-samar mengingat masa kecilku tapi aku masih teringat jelas beberapa momen yang membentuk karakterku. Aku dulu bermain dengan pengasuhku di rumah, hidupku selalu di rumah bahkan aku pun hanya memiliki teman di teman sekelasku saja waktu TK dan SD. Di komplek tempatku tinggal memang aku ada teman tapi hanya kenal waktu 17 agustusan saja setelah itu tak pernah lagi main. Terkadang sepupuku yang mengajak aku bermain, bahkan aku di ajak bermain dengan teman-temannya juga. Kehidupanku memang selalu bergantung kepada orang lain. Bermain bola atau apapun olahraga sangatlah jarang, terlihat sampai sekarang aku pun tak suka bermain futsal layaknya laki-laki yang lainnya. Tapi sewaktu SMP aku mulai berubah tepatnya sejak kelas 2. Aku memang bisa bermain gitar sejak aku SD itupun aku belajar sendirian. Lalu ada temanku di SMP mengajakku membuat band, dia adalah preman yang ada di SMP ku. Awalnya aku tak pernah keluar kelas, hidupku selalu di kelas saja dan kadang-kadang saja membeli jajanan. Tapi hal tersebut berubah saat temanku tadi mengenalkanku dengan arti kehidupan. Disanalah aku mulai liar bermain terus menerus tanpa mengenal waktu. Aku pun belajar berpacaran juga pada saat itu. Pendek cerita aku pun mulai mendapatkan teman yang banyak. Begitupun SMA aku sama saja. Tapi walaupun aku memiliki banyak teman masih ada sisi yang lain di dalam diriku yang muncul setiap saat.  Selama 6 tahun selalu sendiri aku pun merasa suka ingin menyendiri sendiri. Sering kali aku lebih suka merasa sendiri dibandingkan berkumpul dengan teman-temanku sendiri. Sering kali aku makan sendirian dan mengurung diri di kamar untuk waktu yang lama. Keluar kamar hanya untuk mengambil minuman saja. Ada sisi lain dari diriku yang muncul itu, tapi sisi itu memang sangatlah buruk bagi kehidupanku. Aku ingin seperti orang normal yang bisa bercanda jika bertemu dengan teman-temannya lalu aku ingin juga bisa meredakan sifat burukku yang selalu marah tanpa ampun ini. Ketika aku tak dihargai aku mulai untuk marah. Ketika ada teman yang membicarakanku aku mulai menjauhinya. Padahal aku ingin seperti orang pada umumnya yang bisa tahan untuk bermain dengan teman-temannya. Kadang aku pun sulit untuk berteman dengan siapa saja. Kadang aku juga merasa minder sendiri. Tapi walaupun itu kadang-kadang, aku selalu memikirkannya terus menerus dan lama-lama membentuk karakterku sendiri. Maafkan kata-kataku yang berbelit ini, semoga kalian membacanya bingung karena aku tak pandai menjelaskan kepada orang melalui kata-kata. Aku hanya bisa melalui gambar.

0 komentar:

Post a Comment