Malam
ini udara terasa begitu panas dan menyesakkan. Ya semuanya jelas sekali masuk
melalui celah-celah kulit. Udara ini pun memaksaku untuk melepas bajuku. Lalu
aku mendengar suara jeritan dari adik perempuanku. Dia bermain-main dengan adik
laki-laki ku entah apa yang dimainkannya. Sambil mengumpat udara yang sangat
panas ini aku pun teriak untuk menghentikan adikku di bawah. Tapi memang udara
panas ini serta aura setan yang membisikkan di telingaku membuat aku melakukan
sebuah kesalahan sebagai seorang kakak. Aku pun langsung memarahi adikku. Lalu
tanpa berfikir panjang aku pun langsung menyiksa adikku yang laki-laki sekuat
tenagaku, tetapi aku masih memilih bagian yang akan aku pukul darinya. Itulah
kesalahan yang kuperbuat di malam yang panas ini. Aku setengah sadar, seperti
ada seseorang yang muncul dari kepribadianku ini. Entah apakah itu seperti
makhluk atau apapun tapi terasa jelas apalagi di saat aku sedang sendirian. Tanpa
ampun aku menyiksa adikku sampai dia nangis. Untung saja aku tak mencekiknya
tadi, tapi jujur perbuatanku ini sudah kelewat batasan. Memang dari dahulu aku
sudah dibiasakan sendirian, dari kecil aku gak boleh untuk main keluar rumah. Aku
memang selalu dibelikan mainan terus tapi itu untukku pribadi saja dan
kebetulan aku dulu adalah anak laki-laki satu-satunya. Mungkin kalian yang
membaca tulisanku ini berfikir aku adalah orang yang kejam dan jika kalian itu
adalah temanku mungkin kalian akan mulai untuk menjauhiku. Tapi tak apa hal itu
wajar karena setiap orang berhak untuk menilai sesuatu. Dari kecil hingga SMP
kelas 1 aku bisa dibilang anak mami karena aku selalu bergantung kepada ibuku.
Aku juga dari kecil memang di asuh oleh ibuku karena ayahku kerja di luar kota
dan tak bisa pulang setiap hari, ia bahkan terkadang pulang 1 bulan sekali.
Waktu kecil dulu aku sering di rumah dan bermain dengan pengasuhku bahkan orang
lain pun pasti pernah semasa kecilnya bermain hujan tetapi aku tak pernah
sedikitpun main hujan. Ketika aku ingin bermain hujan pasti selalu dilarang
oleh ibu dan itulah yang membuatku mulai ketergantungan bersama dengan ibu dari
kecil. Sebenarnya aku agak samar-samar mengingat masa kecilku tapi aku masih
teringat jelas beberapa momen yang membentuk karakterku. Aku dulu bermain
dengan pengasuhku di rumah, hidupku selalu di rumah bahkan aku pun hanya
memiliki teman di teman sekelasku saja waktu TK dan SD. Di komplek tempatku
tinggal memang aku ada teman tapi hanya kenal waktu 17 agustusan saja setelah
itu tak pernah lagi main. Terkadang sepupuku yang mengajak aku bermain, bahkan
aku di ajak bermain dengan teman-temannya juga. Kehidupanku memang selalu
bergantung kepada orang lain. Bermain bola atau apapun olahraga sangatlah
jarang, terlihat sampai sekarang aku pun tak suka bermain futsal layaknya
laki-laki yang lainnya. Tapi sewaktu SMP aku mulai berubah tepatnya sejak kelas
2. Aku memang bisa bermain gitar sejak aku SD itupun aku belajar sendirian. Lalu
ada temanku di SMP mengajakku membuat band, dia adalah preman yang ada di SMP
ku. Awalnya aku tak pernah keluar kelas, hidupku selalu di kelas saja dan
kadang-kadang saja membeli jajanan. Tapi hal tersebut berubah saat temanku tadi
mengenalkanku dengan arti kehidupan. Disanalah aku mulai liar bermain terus
menerus tanpa mengenal waktu. Aku pun belajar berpacaran juga pada saat itu.
Pendek cerita aku pun mulai mendapatkan teman yang banyak. Begitupun SMA aku
sama saja. Tapi walaupun aku memiliki banyak teman masih ada sisi yang lain di
dalam diriku yang muncul setiap saat. Selama
6 tahun selalu sendiri aku pun merasa suka ingin menyendiri sendiri. Sering kali
aku lebih suka merasa sendiri dibandingkan berkumpul dengan teman-temanku
sendiri. Sering kali aku makan sendirian dan mengurung diri di kamar untuk
waktu yang lama. Keluar kamar hanya untuk mengambil minuman saja. Ada sisi lain
dari diriku yang muncul itu, tapi sisi itu memang sangatlah buruk bagi
kehidupanku. Aku ingin seperti orang normal yang bisa bercanda jika bertemu
dengan teman-temannya lalu aku ingin juga bisa meredakan sifat burukku yang
selalu marah tanpa ampun ini. Ketika aku tak dihargai aku mulai untuk marah.
Ketika ada teman yang membicarakanku aku mulai menjauhinya. Padahal aku ingin
seperti orang pada umumnya yang bisa tahan untuk bermain dengan teman-temannya.
Kadang aku pun sulit untuk berteman dengan siapa saja. Kadang aku juga merasa
minder sendiri. Tapi walaupun itu kadang-kadang, aku selalu memikirkannya terus
menerus dan lama-lama membentuk karakterku sendiri. Maafkan kata-kataku yang
berbelit ini, semoga kalian membacanya bingung karena aku tak pandai
menjelaskan kepada orang melalui kata-kata. Aku hanya bisa melalui gambar.