Semuanya
yang ada disekitar kita adalah kepalsuan. Rambut palsu, hidung palsu, muka
palsu, senyum palsu, bahkan hatipun terkadang palsu. Itulah kenyataan yang
harus diterima pada generasi abad 21. Semuanya serba palsu yang membuat
kepalsuan meraja lela di semua penjuru negeri. Trus apa bedanya palsu sama asli
? Gak ada bedanya kok, palsu pun baik ketika penggunanya merasa nyaman saat
dikenakan karena satu hal KENYAMANAN takkan pernah bisa dipalsukan. Ya terkadang
aku bingung dengan pola pikirku yang tak waras ini. Umur semakin panjang dan
kenapa setiap mau beranjak dewasa selalu dibebankan dengan permasalahan, apa
ini yang namanya tradisi dari jaman manusia purba sampe sekarang ? Apa akunya
yang buat tradisi sendiri untuk diri aku pribadi ? Entahlah karena aku tidak
nyaman dengan semua ini. Banyak hal yang seharusnya aku lakukan selama setahun
seperti bermain gitar, menabung, belajar, ibadah, dan main game tapi kok jadi
sia-sia disaat semua pengorbanan hanya dianggap sebagai kejahatan. Manusia itu
kan punya akal dan perasaan yang tak tahu dimana letaknya dan katanya pula itu
bisa dibuat untuk mikir dan merasakan, tapi kok kadang semuanya gak pernah
kepake karena semuanya dipake kalo lagi ngelike foto di Instagram ataupun Line.
Jadi era sekarang emang berubah menjadi serba teknologi karena letak perasaan
dan akal sekarang hanya ada di dalam android saja dan gak ada lagi manusia yang
menggunakan 2 hal tersebut pada dirinya sendiri. Terus kalo gak salah kata
Aristoteles itu kita harus melihat seseorang sebagai manusia bukan sebagai
individu tapi semakin lama kok aku ngeliat orang itu sebagai individu yaa. Individu
yang hanya bisa dekat saat ada kebutuhan saja tapi lari saat ada kegundahan,
kepentingan individu sudah meraja lela bahkan kepentingan manusia pun terkadang
terlupakan, apalagi kepentingan bersama ? Ya ada sih bersama untuk individu.
Sekarang kita tahu bahwa segala
sesuatu tak hanya kita dapatkan dari mata yang paling banyak memberikan
kenikmatan duniawi namun telinga pun banyak memberikan kontribusi untuk
mendukung semua organ yang fana seperti perasaan (katanya sih ada). Memang apa
yang kita dengar belum tentu benar tapi setidaknya itu akan memberikan bukti
menuju kebenaran. Sensitifitas adalah berkah untuk semua “individu” tapi tak
enak pula apabila diberikan berlebihan. Dan kita hanya bisa bilang “Oh
ternyataa ginii selama ini...”, pahit bukan ? Ya namun dinikmati pun tak bakal
pernah enak, karena pahit sampai kapanpun tetap dalam kosa kata yang negatif
sampai kapanpun. Begitulah terjangan-terjangan yang menghadang namun semoga aku
sebagai manusia memiliki darah Rhizopora yang diterjang ombak tak akan pernah
tumbang. Amin
0 komentar:
Post a Comment