Sunday, May 8, 2016

Terjangan Kegundahan Yang Tiada Henti

          Semuanya yang ada disekitar kita adalah kepalsuan. Rambut palsu, hidung palsu, muka palsu, senyum palsu, bahkan hatipun terkadang palsu. Itulah kenyataan yang harus diterima pada generasi abad 21. Semuanya serba palsu yang membuat kepalsuan meraja lela di semua penjuru negeri. Trus apa bedanya palsu sama asli ? Gak ada bedanya kok, palsu pun baik ketika penggunanya merasa nyaman saat dikenakan karena satu hal KENYAMANAN takkan pernah bisa dipalsukan. Ya terkadang aku bingung dengan pola pikirku yang tak waras ini. Umur semakin panjang dan kenapa setiap mau beranjak dewasa selalu dibebankan dengan permasalahan, apa ini yang namanya tradisi dari jaman manusia purba sampe sekarang ? Apa akunya yang buat tradisi sendiri untuk diri aku pribadi ? Entahlah karena aku tidak nyaman dengan semua ini. Banyak hal yang seharusnya aku lakukan selama setahun seperti bermain gitar, menabung, belajar, ibadah, dan main game tapi kok jadi sia-sia disaat semua pengorbanan hanya dianggap sebagai kejahatan. Manusia itu kan punya akal dan perasaan yang tak tahu dimana letaknya dan katanya pula itu bisa dibuat untuk mikir dan merasakan, tapi kok kadang semuanya gak pernah kepake karena semuanya dipake kalo lagi ngelike foto di Instagram ataupun Line. Jadi era sekarang emang berubah menjadi serba teknologi karena letak perasaan dan akal sekarang hanya ada di dalam android saja dan gak ada lagi manusia yang menggunakan 2 hal tersebut pada dirinya sendiri. Terus kalo gak salah kata Aristoteles itu kita harus melihat seseorang sebagai manusia bukan sebagai individu tapi semakin lama kok aku ngeliat orang itu sebagai individu yaa. Individu yang hanya bisa dekat saat ada kebutuhan saja tapi lari saat ada kegundahan, kepentingan individu sudah meraja lela bahkan kepentingan manusia pun terkadang terlupakan, apalagi kepentingan bersama ? Ya ada sih bersama untuk individu.
          Sekarang kita tahu bahwa segala sesuatu tak hanya kita dapatkan dari mata yang paling banyak memberikan kenikmatan duniawi namun telinga pun banyak memberikan kontribusi untuk mendukung semua organ yang fana seperti perasaan (katanya sih ada). Memang apa yang kita dengar belum tentu benar tapi setidaknya itu akan memberikan bukti menuju kebenaran. Sensitifitas adalah berkah untuk semua “individu” tapi tak enak pula apabila diberikan berlebihan. Dan kita hanya bisa bilang “Oh ternyataa ginii selama ini...”, pahit bukan ? Ya namun dinikmati pun tak bakal pernah enak, karena pahit sampai kapanpun tetap dalam kosa kata yang negatif sampai kapanpun. Begitulah terjangan-terjangan yang menghadang namun semoga aku sebagai manusia memiliki darah Rhizopora yang diterjang ombak tak akan pernah tumbang. Amin

0 komentar:

Post a Comment